Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respon dalam situasi sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.
Ciri-ciri Teori Behavioristik:
- Mementingkan faktor lingkungan
- Menekankan pada faktor bagian
- Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
- Sifatnya mekanis
- Mementingkan masa lalu.
Konstruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, kostruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern, suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan merfleksikan pengalaman-pengalaman sendiri
Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada abad ke-20. ia berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri. pengetahuan yang dikonstruksi sebagai subjek akan menjadi pengetahuan yang bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna pengetahuan itu dapat diingat sementara dan mudah dilupakan. berdasarkan teori perkembangan kognitif Pieget berpendapat bahwa pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lingkungan, artinya pengetahuan merupakan suatu proses. Pieget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga proses dasar yaitu asimilasi akomodasi, dan ekuilibrasi. secara keseluruhan aliran konstruksivisme menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dari dalamdiri seseorang melalui pengalaman yang diterima dari pancaindera yaitu indera penglihatan dan indera penglihatan.
Konstruktivime mempunyai beberapa tujuan, diantaranya dalah sebagai berikut:
- Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggungjawab siswa itu sendiri.
- Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaanya.
- Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap.
- Mengembangkan kemampuan sisiwa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
- Lebih menekankan pada proses belajar bagai mana belajar itu.
B. Prinsip-prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
- Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial.
- Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
- Murid aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
- Guru sekedar membantu menyediakan sara dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.
- Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
- Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
- Mencari dan menilai pendapat sisiwa.
- Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
- menilai belajar siswa dalam konteks pengajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar